Kamis, 02 Oktober 2008

Senja di Wajahmu


Saat mata terbuka selalu kulihat fajar merekah diwajahmu....

ya,...
hanya itu yang aku ingat....

kau selalu menjadi lukisan jalan panjang hidupku
menyambut pagiku dengan semangatmu
melatihku berdiri diatas kakiku sendiri
mengajarkanku merentas semua mimpi

singa....

ya,....
aku ingat,....

kau adalah singa dengan seluruh rimba tunduk padamu
belantara liar menatap takut padamu
berjalan gagah berhias bekas luka di dadamu
lukisan hijau kebiadaban melekat erat dikulitmu

belati....

ya,....
aku ingat....

belatimu tak pernah tumpul untuk melanjutkan hidupku
diantara ribuan erangan amarah jutaan manusia kau didalamnya
mengais hina, menumpuk mimpi dalam ukiran sejuta asa padaku

pena,....

ya,....
aku ingat....

kau beri aku pena untuk membunuh kesulitan hidupku
kau bekali harapan gemilang tanpa darah tertumpah padaku
wasiatkan aku tatapan elang tanpa cakar terhunus
memberiku taring serigala tanpa kebuasan
menjadikan diriku baja yang dibakar salju, ditempa kapas...

Ayah,....

ya,....
aku ingat....

begitu aku memamnggil namamu....Ayah
kini kau bukan lagi singa
kini kau tak lagi menggenggam belati
melayani detik dalam harimu dengan nafas tersengal
kegagahanmu tinggallah jalan terserak
lukisan hijau didadamu menua seiring keriput kulitmu

Aku,....

ya,....
aku anakmu....

kanvas putih yang telah kau warnai tinta mimpimu
yang dengan pena darimu aku menjalani hidupku
tanganku tak belumur darah,ayah....
dadaku tak berlukisan,ayah....
karena kau ingin itu dariku....

tapi,....
ya,....
aku,....

akan menjadi singa seperti mu....
akan menghunuskan pena yang kau bekali untukku
bukan lukisan hijau didadaku melainkan dasi yang wibawa

Ayah,....
senja di wajahmu, mengukir sejuta mimpi padaku

Tidak ada komentar: